10.16.2011

Ini Hidupmu

Dalam hidup, terkadang mungkin kita mengalami sebuah dilema dahsyat dalam menentukan suatu pilihan yang menyangkut tentang masa depan yang akan kita lalui. Banyak faktor yang bisa mempengaruhi semua pilihan kita. Terutama dorongan dari teman, dan orangtua yang biasanya mempunyai harapan tersendiri untuk masa depan anaknya.

Sangatlah wajar jika orangtua mempunyai sebuah ekspektasi besar terhadap seorang anak. Karena setiap orangtua pasti menginginkan buah hatinya tumbuh dan meraih kesuksesan yang mungkin belum pernah dicapai odalam hidup seorang ayah atau ibu tadi. Tapi seorang orangtua yang baik tentunya tidak terlalu memaksakan anaknya menjadi suatu profesi tertentu. Misal dokter. Kebanyakan orangtua di masa kini cenderung ingin anaknya menjadi seorang dokter. Karena selain gaji yang bisa di bilang 'waow' tapi juga anggapan banyak masyarakat yang menganggap dokter. Tapi seperti di artikel sebelumnya, semua itu hanyalah pandangan masyarakat zaman batu yang masih mengakar kuat dalam benak pikiran manusia modern di Indonesia. Seorang orangtua yang bijak seharusnya bisa mengetahui kecenderungan yang ada pada diri sang anak dan selalu memberi semangat kepada anaknya untuk terus mengembangkan potensi yang ada.

Seseorang mungkin akan mulai mengalami sebuah kebimbangan ketika ia mulai menginjak SMA. Karena pada saat itu seorang anak dihadapkan pada beberapa pilihan jurusan yang akan menentukan masa depannya. Di saat seperti inilah seseorang harus bisa mengenali siapa 'aku', mau jadi apa 'aku', dan apa 'potensiku'. Karena jika kita salah melangkah, pastilah kesuksesan yang sudah didamba-dambakan oleh orangtua kita akan sekejap sirna. Tapi, tak sedikit yang salah memilih karena berbagai faktor. Mulai dari orangtuanya sendiri, hingga karena pengaruh dari teman sekitar yang mendorong untuk masuk ke sebuah jurusan. Orang seperti inilah yang bisa dibilang tak mempunyai jati diri atau pandangan hidup sendiri. Karena ia hanya akan selalu mengekor terhadap apa yang ada di sekitarnya. Beruntung kalau lingkungan sekitarnya positif. Tapi kalau negatif? mau jadi apa? Preman pasar yang gak jelas? Atau anak yang selalu bergantung kepada kekayaan orangtua?

Di era modern ini, banyak sekali konflik antara seorang anak dan orangtua karena perbedaan pandangan yang bertolak belakang. Semua itu terjadi karena seorang anak dan orangtuanya sama-sama keras untuk mempertahankan apa yang masing-masing inginkan. Dalam hal ini, tak selalu orangtua yang bersalah. Orangtua bisa saja benar jikalau pilihan anak itu bukanlah pilihan asli dari pribadi sang anak. Namun, sudah tercampur pengaruh dari teman-temannya yang mengharapkan hal serupa. Biasanya orangtua tipe seperti ini yang pandai melihat potensi pada seorang anak. Namun, orangtua bisa saja salah karena sang ayah dan ibu tak pandai untuk melihat potensi yang ada pada diri seorang anak. Orangtua seperti inilah yang masih berpola pikir zaman meganthropus. Yang penting 'asal jadi ini atau itu kamu pasti akan sukses'. Padahal jika tak berpotensi di suatu bidang juga tak akan sukses di bidang tersebut.

Kita, sebagai generasi muda yang masih sangat labil dalam segala bidang, seharusnya kita bisa pandai-pandai untuk memilih dan berpandangan mana yang baik dan mana yang buruk. Jangan hanya mengekor di balik teman yang tak selamanya memberikan pengaruh positif. Kita harus mempunyai pandangan tersendiri terhadap suatu masalah atau pilihan. Karena itulah hidupmu, dan itulah masa depanmu. Pilih jalur yang kamu anggap tepat, serta bersiaplah untuk menerima resiko yang akan dihadapi. Karena semua pilihan pasti ada resikonya. Entah pilihan yang bersifat baik dengan resiko dicap 'sok alim' atau semacamnya, dan pilihan yang bersifat buruk dengan resiko cap 'bad boy' yang akan senantiasa melekat padamu. Serta balasan dari tuhanmu untuk pilihan yang kamu ambil tentunya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;