10.10.2011

Atmosfer yang Selalu Kurindukan

Sore kemarin, aku datang ke Stadion Kridosono. Di sekelilingnya, telah nampak banyak sekali orang-orang berkaos hitam, celana jeans dan sesekali terdapat sekelompok orang bertato dan sedang menghisap rokok yang ada di tangannya. Mereka bercerita, bercanda ria serta terkadang menyanyikan lagu-lagu dari band pujaan mereka. Superman Is Dead atau biasa disingkat SID. Ya, mereka adalah Outsider dan Lady Rose yang datang dari berbagai daerah dan sudah tak sabar menantikan SID tampil 'menghajar' kota Jogja yang baru saja berulang tahun. Walupun acara baru akan di mulai pukul 20.30 malam, tapi mereka sudah senantiasa menanti sejak sore. Bahkan ada yang mungkin dari siang hari saat matahari sedang teriknya.

Sebenarnya, niat awalku kesana adalah untuk membeli tiket acara pada malam harinya. Tapi keberuntungan sedang tak berpihak kepadaku. Karena ticket box yang belum dibuka. Akhirnya aku pun kembali ke tempat tinggalku. Tak lama kemudian ada temanku yang menjemputku untuk menonton pada malam harinya. Tapi sebelum meluncur menuju Kridosono, aku dan seorang temanku tadi terlebih dahulu mampir ke salah satu rumah temanku untuk sekedar menghabiskan waktu. Setelah isya' tepat, aku pun langsung menuju ke venue karena sebelumnya aku mendapat kabar SID main jam 8 malam. Sehingga aku pun takut terlambat untuk menyaksikan apa yang memang menjadi tujuan utamaku mengahdiri acara malam itu. Sesampainya di sana, aku segera menuju ticket box yang kini sudah dibuka. Setelah membeli tiket, aku dan temanku tadi langsung saja mengantri untuk masuk ke dalam lapangan. Di sekitarku, terlihat sangat banyak orang-orang yang seperti tadi sore kulihat. Mereka di dominasi oleh kaum remaja yang rata-rata masih seumuran SMP hingga kuliah. Kami semua mendapat pemeriksaan dari petugas-petugas yang menjaga pintu masuk. Temanku tadi kedapatan membawa sabuk yang berkepala besar. Sehingga untuk antisipasi sabuk itu terpaksa dilepas dan ditinggal di luar. Walaupun sebenarnya ia memakai sabuk tersebut bukan berniat untuk melukai orang lain. Hanya sekedar mengamankan celananya yang sudah tak bisa melekat dengan kencang.

Sesampainya di dalam stadion, sudah bisa ditebak bila celana temanku terus melorot dan mulai tak bisa diajak kompromi. Aku pun menawarkannya untuk memkai celana panjang yang sedang kukenakan saat itu. Karena kebetulan aku memakai celana pendek di dalam celana panjangku itu. walaupun celana pendek itu adalah celana yang biasa kukenakan di dalam rumah. Tapi tak apalah demi teman sendiri. Di dalam stadion masih terlihat lengang dan belum terlalu ramai. Bahkan di sekitar panggung yang biasa sudah sesakpun masih terlihat sepi. Sehingga akupun segeras merapat di depan panggung dengan para Outsider lain yang telah terlebih dahulu masuk ke stadion. Aku merasa seperti orang asing di sana karena memang aku tak mempunyai teman seorang Outsider sehingga aku duduk-duduk saja sambil sesekali mengobrol dengan temanku tadi sembari menunggu acara di mulai. Di sekelilingku nampak gerombolan Outsider dari berbagai daerah yang menyempatkan diri untuk datang ke tempat itu.

Setelah cukup lama, aku menengok ke belakang dan ternyata tempat yang tadinya sepi kini telah berubah menjadi sebuah lautan manusia. Dan tak lama setelah itu, lampu panggung pun mulai menyala dan satu per satu para pengunjung mulai berdiri menandakan acara akan segera dimulai. Beberapa pengumuman pun di beritahukan. Dan setelah itu nampak semua lampu padam sejenak. Lalu penggebuk drum SID yaitu JRX datang bagaikan malaikat yang akan mencabut jiwa manusia dengan sepeda Low Ridernya. Disusul dengan Bobby dan Eka yang juga tampak keren dengan pakaian dan tato yang melekat sangat jelas di tubuh mereka. Mereka bertiga disambut riuh teriakan penonton dan juga tepuk tangan yang sangat meriah.

Beberapa saat setelah opening, Mereka mulai menghajar kota Jogja yang malam itu cerah. Lagu pertama yang mereka bawakan adalah lagu dari album black market love yang berjudul Kita Vs Mereka. Para outsider dan Lady Rose pun mulai mempertunjukkan aksi pogonya. Mereka meloncat dan menari seperti orang yang sedang kesetanan. Tak lupa nyanyian pun keluar dari mulut mereka menyaingi suara Bobby yang sangat khas dengan teriakannya. Tembang We Are The outsider langsung menyusul. Para Outsider yang terlihat beringas dengan pogonya tadi semakin keras bernyanyi bersama. Semua orang di sana nampak sangat menikmati alunan musik yang menghipnotis mereka dari tri punkrock asal bali tersebut. Dua lagu telah usai. Bobby memberikan sambutan hangat dengan menyapa para Outsider yang telah hadir. SID pun melanjutkan aksinya dengan membawakan lagu Saint Of My Life yang video klipnya dibuat ketika mereka tour di USA. Outsider dan Lady Rose pun kembali menggila dengan tarian, loncatan, serta nyanyian mereka yang membuat Eka, Bobby, dan JRX semakin bersemangat membakar panggung yang ada di Stadion Kridosono itu. Seingatku, SID membawakan 10 lagu dari berbagai album ciptaannya dan termasuk 1 lagu baru bertitle Jadilah Legenda. Uniknya, lagu baru tersebut mendapatkan perhatian yang luar biasa dari para penonton yang hadir. Mereka dengan faseh menyanyikan lagu tersebut. Meski hanya diiringi gitar akustik, lagu tersebut nampak hidup dan meriah. SID pun menutup penampilannya dengan lagu Jika Kami Bersama yang sudah sangat familiar di telinga para Outsider dan Lady Rose. Lagu yang dibawakan antara lain, Kita vs Mereka, We Are The Outsider, Saint Of My Life, Jadilah legenda, Poppies Dog Anthem, Jika Kami Bersama, Kuat Kita Bersinar, Vodka Billy, Burn For You, dan Kuta Rock City.

Malam itu terasa sangat fantastis. Karena malam itu berlalu dengan penuh kedamaian tanpa adanya kekerasan. Yang membuatku betah berada diantara mereka adalah sikap toleransi dan saling tolong menolong yang mereka perlihatkan. Jika ada yang jatuh, mereka segera membantu untuk segera berdiri. Bahkan ada seorang Outsider yang hp nya jatuh ketika keasyikan berpogo. Dan orang-orang disekitarnya segera membantu tanpa ada raut paksaan di wajah mereka. Sungguh pemandangan yang jarang kusaksikan ketika aku menonton konser band lain. Malam itu juga sempat terjadi sebuah insiden kecil ketika seseorang tak jelas marah dengan orang yang terbakar emosi dan nyaris terjadi perkelahian. Tapi sekali lagi, sikap dewasa para Outsider yang di pertunjukkan sanggup menenangkan keduanya. Semua sikap tadi menandakan adanya indikasi berhasil diterimanya semua pesan tentang kedamaian dan toleransi serta tolong menolong yang selalu disuarakan oleh SID. Sungguh atmosfer seperti itulah yang sangat kurindukan setiap saat. Jika seluruh warga negara ini mempunyai sikap seperti itu, maka tak akan pernah terjadi tawuran anar kampung atau kelompok dan negara ini bisa hidup dengan penuh kedamaian.


0 komentar:

Posting Komentar

 
;