10.24.2011 0 komentar

Kemana Perginya Teladan Kami?

Sebagai remaja, tentunya aku mengetahui sifat-sifat remaja seumuranku. Karena aku merasakan sendiri apa yang mereka rasakan. Mulai dari peasaan senang, sedih, sampai cintapun aku pernah merasakannya. Umumnya, remaja lebih menyukai sesuatu yang bersifat santai dan tidak terlalu serius karena akan menjadi beban. Itulah sebabnya para remaja lebh suka dengan sesuatu yang berbau kesenangan dan cenderung hedonism.

Begitu pula dengan pendidikan. Seorang remaja biasanya tidak menyukai tipikal guru yang tegas penuh dengan disiplin dan peraturan. Sebaliknya, para murid selalu menyukai metode pengajaran yang santai, penuh dengan kasih sayang, dan bersahabat. Umumnya, materi akan mudah tersampaikan jika seorang guru lebih bisa berperan sebagai 'teman' sang murid. Karena pada masa remaja itulah seseorang sangat dekat dengan temannya. Bahkan lebih dekat dari lingkungan keluarganya sendiri.

Sangatlah benar ketika JRX, penggebuk drum SID berkata, "Rumble Shop itu pembelinya rata-rata remaja, mungkin dengan cara-cara seperti itu pesannya mudah sampai, daripada mereka diberi penyuluhan. Karena remaja kan otaknya masih bersenang-senang. Kalau dikasih dengan cara-cara yang santai seperti ini lebih enak." ketika wawancara dengan akarumput.com saat ditanya alasannya tidak menyediakan plastik di RumbleShop. Memang seperti yang saya katakan tadi, remaja identik dengan kesenangan. Sehingga untuk bisa ikut berperan dalam mempengaruhi seorang remaja tadi, perlu untuk menyatu terlebih dahulu dengan orang itu. Baru kemudian mengajarkan sesuatu dengan cara memberi alasan atau merasionalkan apa yang akan di ajarkan tadi. Karena remaja sekarang tidak bisa menerima hanya sekedar doktrin atau ilmu tanpa adanya bukti konkret yang ada. Sehingga, perlu adanya pembuktian yang masuk akal dan rasional.

Seorang remaja umumnya sangat labil. Mereka sangat mudah terpengaruh dengan lingkungan sekitarnya. Karena pada masa itu seseorang sedang mencari identitasnya. entah itu 'siapa aku' ataupun 'mau jadi apakah aku'. Biasanya yang sangat tampak bisa mempengaruhi seseorang adalah pertemanan. Karena melalui temanlah seseorang belajar mengenai mana yang baik, mana yang buruk menurut lingkungan sekitarnya. Beruntung jika ia hidup dalam lingkungan yang baik. Namun, jika seseorang tinggal di kawasan kumuh, ataupun lingkaran kemiskinan yang umumnya berdekatan dengan kriminalitas, ataupun prostitusi, besar kemungkinan ketika dewasa menjadi apa yang seperti di lingkungannya. Dari situ, bisa dilihat jika seorang remaja membutuhkan panutan atau teladan yang bisa membuat orang tadi menjadi lebih baik.

Namun, saat ini para remaja hanya disuguhkan dengan banyak sekali pengaruh negatif. Terutama dari media massa yang tak bosan-bosannya menyuguhkan tayangan yang hanya berisikan tentang kesenangan semata tanpa ada unsur edukasi yang berarti. Walaupun ada, mungkin hanya 10-20% dari seluruh tayangan yang ditawarkan. Padahal peranan media bagi remaja sangat terasa bagi pembentukan karakter. Karena dominasi media massa kini sudah sangat besar. Semua itu bisa terlihat dari banyaknya remaja yang menghabiskan waktu di depan berbagai media massa. Entah itu televisi, internet, ataupun media massa yang lain. Bahkan tak sedikit yang menganggap bahwa televisi hanya merupakan sampah yang tak perlu untuk dilihat. Karena isinya yang hanya bersifat destruktif semata.

Selain dari pengaruh media massa, kini para remaja juga dihadapkan pada krisis kepemimpinan yang terjadi. Karena tokoh yang pada hakekatnya merupakan panutan atau menjadi seorang teladan yang diperhatikan tak lagi memberi contoh yang semestinya dilakukan. Kita lihat saja para petinggi bangsa ini. Mereka sibuk dengan sendiri dengan mengeruk kekayaan sebesar-besarnya sebelum turun tahta. Ditambah dengan reshuffle kabinet yang baru saja terjadi. Mengindikasikan buruknya kinerja para nahkoda negeri ini. Bagaimana jadinya jika media hanya dipenuhi dengan berita kriminalitas, tindak KKN, ataupun terorisme? Apakah tidak malu dengan penerus bangsa ini? Bukankah seharusnya mereka memberi contoh? Bagaimana jika para remaja meniru perilaku mereka? Itulah seklumit pertanyaan yang muncul saat ini. Karena memang pribadi-pribadi yang seharusnya menjadi teladan malah melakukan sesuatu yang berbalik 180 drajat.

Lalu kemana perginya para teladan kami? Apakah mereka telah punah ditelan waktu? Tak adakah orang yang bisa menjadi teladan lagi? Kami masih muda, kami mempunyai potensi yang luar biasa. Untuk itu kami butuh seorang teladan yang bisa membimbing kami menjadi pribadi yang berguna di semua aspek.
10.18.2011 0 komentar

Ketika Bad Boy Menjadi Pahlawan

Seorang dianggap sebagai counter culture ketika ia selalu berperilaku untuk melawan segala sesuatu atau pemikiran yang ada di sekitarnya. Biasanya mereka mendapat label seorang 'bad boy' atau seseorang yang melanggar norma. Mereka selalu melakukan apa yang dilarang atau jarang dilakukan oleh anggota masyarakat lainnya. Seperti, mengonsumsi alkohol, nge-drugs, ataupun melakukan kegiatan free sex. Banyak dari mereka yang dicaci maki atau bahkan hingga sampai tidak diterima oleh masyarakat disekitarnya.

Namun semua counter culture tak selalu mendapat label seorang 'bad boy' di masa seperti sekarang ini. Mengapa? jelas saja di masa sekarang ini sesuatu yang di masa lampau merupakan sesuatu yang dilarang kini menjadi biasa saja bahkan sampai dibangga-banggakan. Sehingga makna 'bad boy' pada masa sekarang tidaklah sama dengan makna 'bad boy' pada masa silam. Mungkin di masa silam, 'bad boy' hanya diartikan sebatas orang yang berperilaku melawan tingkah laku yang biasa dilakukan oleh masyarakat pada umumnya. Seperti alkoholisme, dan teman-temannya. Namun kini, seiring berkembangnya teknologi dan berjalannya waktu, perilaku yang konformis di masyarakat semakin bergeser. Perilaku yang dahulu dianggap aneh atau tidak sesuai perlahan-lahan mulai menjadi kebiasaan yang ada di masyarakat dunia pada umumnya dan di Indonesia sendiri khususnya. Sebut saja. alkohol semakin marak, rokok semakin merajalela, virginitas bukanlah menjadi sebuah kehormatan, konsumerisme menjelma sebagai tuhan, dan gegsi yang semkin tajam. Hal seperti ini menyebabkan makna 'bad boy' yang kian tak jelas. Mau memakai arti di masa lalu rasanya sudah menjadi konformis. Mau menyesuaikan waktu, sepertinya hal itu tak mungkin. Karena akan membuat rancu sendiri makna kata 'bad boy' yang akan sama dengan 'good boy'.

Tapi, menurut saya pribadi makna kata 'bad boy' sendiri adalah mereka yang cenderung selalu melawan kebasaan masyarakat pada umumnya. Karena iulah ciri khas seorang 'bad boy'. Selalu melakukan resistensi terhadap apa yang ada. Sehingga konteks 'bad boy' tak selalu berarti seorang pemabuk, atau individu sejenisnya. Dan kata 'bad boy' sendiri tak mengenal batasan tempat dan waktu. Sehingga seorang akan selalu melakukan perlawanan dimanapun dan kapanpun. Sekarang ini banyak sekali orang yang ingin mendapat predikat sebagai 'bad boy' namun tak tahu apa arti dri bad boy itu sendiri. Sehingga mereka hanya mengartikan 'bad boy secara sempit dan seenaknya.

Melihat dari pendapat pribadi saya tentang 'bad boy' tadi, di era modern sekarang ini kita sangat membutuhkan banyak 'bad boy' untuk bisa melawan segala sesuatu yang kian bersifat distruktif ini. Terutama perilaku rmaja masa kini yang semakin liar dan tak terkendali. Melawan kuatnya arus hedonisme yang memporak porandakan masa depan negeri kita, hingga untuk bisa menyadarkan para pemimpin untuk tidak hanya mempertimbangkan keputusan dari ekonomi. Tapi juga dari aspek lain seperti ekologi, sosial dan aspek jangka panjang yang akan terjadi. Resistensi menjadi suatu hal yang teramat-sangat mutlak sekarang. Karena jika dibiarkan maka hancurlah populaai umat manusia dari muka bumi ini. Be a 'bad boy' man, We are younger. and make something to our country. Because, it's a dangerous problem guys.
10.16.2011 0 komentar

Ini Hidupmu

Dalam hidup, terkadang mungkin kita mengalami sebuah dilema dahsyat dalam menentukan suatu pilihan yang menyangkut tentang masa depan yang akan kita lalui. Banyak faktor yang bisa mempengaruhi semua pilihan kita. Terutama dorongan dari teman, dan orangtua yang biasanya mempunyai harapan tersendiri untuk masa depan anaknya.

Sangatlah wajar jika orangtua mempunyai sebuah ekspektasi besar terhadap seorang anak. Karena setiap orangtua pasti menginginkan buah hatinya tumbuh dan meraih kesuksesan yang mungkin belum pernah dicapai odalam hidup seorang ayah atau ibu tadi. Tapi seorang orangtua yang baik tentunya tidak terlalu memaksakan anaknya menjadi suatu profesi tertentu. Misal dokter. Kebanyakan orangtua di masa kini cenderung ingin anaknya menjadi seorang dokter. Karena selain gaji yang bisa di bilang 'waow' tapi juga anggapan banyak masyarakat yang menganggap dokter. Tapi seperti di artikel sebelumnya, semua itu hanyalah pandangan masyarakat zaman batu yang masih mengakar kuat dalam benak pikiran manusia modern di Indonesia. Seorang orangtua yang bijak seharusnya bisa mengetahui kecenderungan yang ada pada diri sang anak dan selalu memberi semangat kepada anaknya untuk terus mengembangkan potensi yang ada.

Seseorang mungkin akan mulai mengalami sebuah kebimbangan ketika ia mulai menginjak SMA. Karena pada saat itu seorang anak dihadapkan pada beberapa pilihan jurusan yang akan menentukan masa depannya. Di saat seperti inilah seseorang harus bisa mengenali siapa 'aku', mau jadi apa 'aku', dan apa 'potensiku'. Karena jika kita salah melangkah, pastilah kesuksesan yang sudah didamba-dambakan oleh orangtua kita akan sekejap sirna. Tapi, tak sedikit yang salah memilih karena berbagai faktor. Mulai dari orangtuanya sendiri, hingga karena pengaruh dari teman sekitar yang mendorong untuk masuk ke sebuah jurusan. Orang seperti inilah yang bisa dibilang tak mempunyai jati diri atau pandangan hidup sendiri. Karena ia hanya akan selalu mengekor terhadap apa yang ada di sekitarnya. Beruntung kalau lingkungan sekitarnya positif. Tapi kalau negatif? mau jadi apa? Preman pasar yang gak jelas? Atau anak yang selalu bergantung kepada kekayaan orangtua?

Di era modern ini, banyak sekali konflik antara seorang anak dan orangtua karena perbedaan pandangan yang bertolak belakang. Semua itu terjadi karena seorang anak dan orangtuanya sama-sama keras untuk mempertahankan apa yang masing-masing inginkan. Dalam hal ini, tak selalu orangtua yang bersalah. Orangtua bisa saja benar jikalau pilihan anak itu bukanlah pilihan asli dari pribadi sang anak. Namun, sudah tercampur pengaruh dari teman-temannya yang mengharapkan hal serupa. Biasanya orangtua tipe seperti ini yang pandai melihat potensi pada seorang anak. Namun, orangtua bisa saja salah karena sang ayah dan ibu tak pandai untuk melihat potensi yang ada pada diri seorang anak. Orangtua seperti inilah yang masih berpola pikir zaman meganthropus. Yang penting 'asal jadi ini atau itu kamu pasti akan sukses'. Padahal jika tak berpotensi di suatu bidang juga tak akan sukses di bidang tersebut.

Kita, sebagai generasi muda yang masih sangat labil dalam segala bidang, seharusnya kita bisa pandai-pandai untuk memilih dan berpandangan mana yang baik dan mana yang buruk. Jangan hanya mengekor di balik teman yang tak selamanya memberikan pengaruh positif. Kita harus mempunyai pandangan tersendiri terhadap suatu masalah atau pilihan. Karena itulah hidupmu, dan itulah masa depanmu. Pilih jalur yang kamu anggap tepat, serta bersiaplah untuk menerima resiko yang akan dihadapi. Karena semua pilihan pasti ada resikonya. Entah pilihan yang bersifat baik dengan resiko dicap 'sok alim' atau semacamnya, dan pilihan yang bersifat buruk dengan resiko cap 'bad boy' yang akan senantiasa melekat padamu. Serta balasan dari tuhanmu untuk pilihan yang kamu ambil tentunya.
10.10.2011 0 komentar

Atmosfer yang Selalu Kurindukan

Sore kemarin, aku datang ke Stadion Kridosono. Di sekelilingnya, telah nampak banyak sekali orang-orang berkaos hitam, celana jeans dan sesekali terdapat sekelompok orang bertato dan sedang menghisap rokok yang ada di tangannya. Mereka bercerita, bercanda ria serta terkadang menyanyikan lagu-lagu dari band pujaan mereka. Superman Is Dead atau biasa disingkat SID. Ya, mereka adalah Outsider dan Lady Rose yang datang dari berbagai daerah dan sudah tak sabar menantikan SID tampil 'menghajar' kota Jogja yang baru saja berulang tahun. Walupun acara baru akan di mulai pukul 20.30 malam, tapi mereka sudah senantiasa menanti sejak sore. Bahkan ada yang mungkin dari siang hari saat matahari sedang teriknya.

Sebenarnya, niat awalku kesana adalah untuk membeli tiket acara pada malam harinya. Tapi keberuntungan sedang tak berpihak kepadaku. Karena ticket box yang belum dibuka. Akhirnya aku pun kembali ke tempat tinggalku. Tak lama kemudian ada temanku yang menjemputku untuk menonton pada malam harinya. Tapi sebelum meluncur menuju Kridosono, aku dan seorang temanku tadi terlebih dahulu mampir ke salah satu rumah temanku untuk sekedar menghabiskan waktu. Setelah isya' tepat, aku pun langsung menuju ke venue karena sebelumnya aku mendapat kabar SID main jam 8 malam. Sehingga aku pun takut terlambat untuk menyaksikan apa yang memang menjadi tujuan utamaku mengahdiri acara malam itu. Sesampainya di sana, aku segera menuju ticket box yang kini sudah dibuka. Setelah membeli tiket, aku dan temanku tadi langsung saja mengantri untuk masuk ke dalam lapangan. Di sekitarku, terlihat sangat banyak orang-orang yang seperti tadi sore kulihat. Mereka di dominasi oleh kaum remaja yang rata-rata masih seumuran SMP hingga kuliah. Kami semua mendapat pemeriksaan dari petugas-petugas yang menjaga pintu masuk. Temanku tadi kedapatan membawa sabuk yang berkepala besar. Sehingga untuk antisipasi sabuk itu terpaksa dilepas dan ditinggal di luar. Walaupun sebenarnya ia memakai sabuk tersebut bukan berniat untuk melukai orang lain. Hanya sekedar mengamankan celananya yang sudah tak bisa melekat dengan kencang.

Sesampainya di dalam stadion, sudah bisa ditebak bila celana temanku terus melorot dan mulai tak bisa diajak kompromi. Aku pun menawarkannya untuk memkai celana panjang yang sedang kukenakan saat itu. Karena kebetulan aku memakai celana pendek di dalam celana panjangku itu. walaupun celana pendek itu adalah celana yang biasa kukenakan di dalam rumah. Tapi tak apalah demi teman sendiri. Di dalam stadion masih terlihat lengang dan belum terlalu ramai. Bahkan di sekitar panggung yang biasa sudah sesakpun masih terlihat sepi. Sehingga akupun segeras merapat di depan panggung dengan para Outsider lain yang telah terlebih dahulu masuk ke stadion. Aku merasa seperti orang asing di sana karena memang aku tak mempunyai teman seorang Outsider sehingga aku duduk-duduk saja sambil sesekali mengobrol dengan temanku tadi sembari menunggu acara di mulai. Di sekelilingku nampak gerombolan Outsider dari berbagai daerah yang menyempatkan diri untuk datang ke tempat itu.

Setelah cukup lama, aku menengok ke belakang dan ternyata tempat yang tadinya sepi kini telah berubah menjadi sebuah lautan manusia. Dan tak lama setelah itu, lampu panggung pun mulai menyala dan satu per satu para pengunjung mulai berdiri menandakan acara akan segera dimulai. Beberapa pengumuman pun di beritahukan. Dan setelah itu nampak semua lampu padam sejenak. Lalu penggebuk drum SID yaitu JRX datang bagaikan malaikat yang akan mencabut jiwa manusia dengan sepeda Low Ridernya. Disusul dengan Bobby dan Eka yang juga tampak keren dengan pakaian dan tato yang melekat sangat jelas di tubuh mereka. Mereka bertiga disambut riuh teriakan penonton dan juga tepuk tangan yang sangat meriah.

Beberapa saat setelah opening, Mereka mulai menghajar kota Jogja yang malam itu cerah. Lagu pertama yang mereka bawakan adalah lagu dari album black market love yang berjudul Kita Vs Mereka. Para outsider dan Lady Rose pun mulai mempertunjukkan aksi pogonya. Mereka meloncat dan menari seperti orang yang sedang kesetanan. Tak lupa nyanyian pun keluar dari mulut mereka menyaingi suara Bobby yang sangat khas dengan teriakannya. Tembang We Are The outsider langsung menyusul. Para Outsider yang terlihat beringas dengan pogonya tadi semakin keras bernyanyi bersama. Semua orang di sana nampak sangat menikmati alunan musik yang menghipnotis mereka dari tri punkrock asal bali tersebut. Dua lagu telah usai. Bobby memberikan sambutan hangat dengan menyapa para Outsider yang telah hadir. SID pun melanjutkan aksinya dengan membawakan lagu Saint Of My Life yang video klipnya dibuat ketika mereka tour di USA. Outsider dan Lady Rose pun kembali menggila dengan tarian, loncatan, serta nyanyian mereka yang membuat Eka, Bobby, dan JRX semakin bersemangat membakar panggung yang ada di Stadion Kridosono itu. Seingatku, SID membawakan 10 lagu dari berbagai album ciptaannya dan termasuk 1 lagu baru bertitle Jadilah Legenda. Uniknya, lagu baru tersebut mendapatkan perhatian yang luar biasa dari para penonton yang hadir. Mereka dengan faseh menyanyikan lagu tersebut. Meski hanya diiringi gitar akustik, lagu tersebut nampak hidup dan meriah. SID pun menutup penampilannya dengan lagu Jika Kami Bersama yang sudah sangat familiar di telinga para Outsider dan Lady Rose. Lagu yang dibawakan antara lain, Kita vs Mereka, We Are The Outsider, Saint Of My Life, Jadilah legenda, Poppies Dog Anthem, Jika Kami Bersama, Kuat Kita Bersinar, Vodka Billy, Burn For You, dan Kuta Rock City.

Malam itu terasa sangat fantastis. Karena malam itu berlalu dengan penuh kedamaian tanpa adanya kekerasan. Yang membuatku betah berada diantara mereka adalah sikap toleransi dan saling tolong menolong yang mereka perlihatkan. Jika ada yang jatuh, mereka segera membantu untuk segera berdiri. Bahkan ada seorang Outsider yang hp nya jatuh ketika keasyikan berpogo. Dan orang-orang disekitarnya segera membantu tanpa ada raut paksaan di wajah mereka. Sungguh pemandangan yang jarang kusaksikan ketika aku menonton konser band lain. Malam itu juga sempat terjadi sebuah insiden kecil ketika seseorang tak jelas marah dengan orang yang terbakar emosi dan nyaris terjadi perkelahian. Tapi sekali lagi, sikap dewasa para Outsider yang di pertunjukkan sanggup menenangkan keduanya. Semua sikap tadi menandakan adanya indikasi berhasil diterimanya semua pesan tentang kedamaian dan toleransi serta tolong menolong yang selalu disuarakan oleh SID. Sungguh atmosfer seperti itulah yang sangat kurindukan setiap saat. Jika seluruh warga negara ini mempunyai sikap seperti itu, maka tak akan pernah terjadi tawuran anar kampung atau kelompok dan negara ini bisa hidup dengan penuh kedamaian.


10.09.2011 0 komentar

Aku Bangga Masuk IPS

Mungkin saat ini kebanyakan orang menilai kelas IPS adalah kelas yang dinomor 2 kan. Kebanyakan orang lebih memilih untuk masuk IPA dengan berbagai alasan. Mulai dari cita-cita, perintah orang tua, agar mudah mencari jurusan kuliah, ataupun hanya sekedar gengsi semata untuk di cap 'anak pintar'. Pada faktanya seorang yang masuk ke dalam kelas IPS tidak leluasa dalam memilih jurusan saat masuk ke dalam perguruan tinggi pada masa yang akan datang. Tapi bagiku semua itu bukanlah menjadi sebuah alasan. Karena memang sebuah masa depan bukan ditentukan ketika kita sudah masuk dalam perguruan tinggi. Tapi sudah kita bayangkan sejak kita memasuki masa-masa SMA. Sehingga kita bisa mudah untuk menentukan semua langkah-langkah yang harus ditempuh.

Banyak yang mengatakan jika anak-anak IPS cenderung lebih 'bandel' daripada anak IPA. Aku tak bisa memungkirinya. Memang pada kenyataannya seperti itu. Pada awlnya aku memang agak sedikit terganggu dengan tingkah mereka yang kadang seenak jidat melakukan sesuatu bahkan membolos. Tapi anggaplah itu sebagai tantangan untuk bisa menjadi cahaya dalam kegelapan yang bisa menyinari mereka semua. Walaupun menjadi seorang yang bisa mempengaruhi orang lain tidaklah mudah.

Bagiku, semua jurusan itu sama. Tak ada yang berbeda dan tak ada yang lebih baik. Tinggal hanya pribadi-pribadinya saja yang harus bisa memilih sesuai dengan keinginan. Bukan karena gengsi atau sebuah anggapan. Label 'pintar' tidak hanya bisa kita dapatkan di IPA. Tetapi kita pun bisa menjadi pribadi yang pintar melalui jalur IPS. Karena pintar itu relatif. Tidak hanya sebatas menjadi dokter, arsitek, atau ilmuwan yang lebih populer dianggap sebagai seseorang yang genius atau pintar. Karena seorang psikologatau sosiolog juga patut menyandang gelar orang pintar. Karena mereka bisa mengubah mindset seseorang untuk bisa menjadi lebih baik.

Memang, masuk IPS adalah sebuah perjudian. Di mana kita akan mendapatkan sukses besar jika kita berhasil melaluinya dan dan kerugian yang dahsyat jika kita gagal melampauinya adalah resiko.






0 komentar

Presepsi Purba Kala

Beberapa hari yang lalu, sekolahku mendapat kunjungan dari salah seorang putra bangsa yang berhasil mengadu nasib di luar negeri. Tepatnya di amerika. Dia bernama Mr. Patriawan. Beliau merupakan seorang yang bekerja di perusahaan penerbangan di amerika. Beliau menempati posisi yang strategis di mana tak banyak orang yang dapat menghuni posisi itu. Saya kurang tahu posisi apakah itu karena yang saya dengar hanya seperti itu. Ia merupakan salah satu korban dari pemutusan hubungan kerja oleh PT Dirgantara akibat dari krisis moneter pada tahun 1998. Dan peristiwa itu merupakan awal dari perubahan dalam hidupnya.

Menurutku, ia bukanlah seseorang yang istimewa. Karena ia hanya bercerita tentang perjalanan hidupnya dan aku menganggap semua itu wajar-wajar saja. Tapi ada suatu hal yang kuanggap menarik ketika beliau bercerita. Yaitu ketika salah seorang temanku bertanya "Pak, biasanya orang yang bisa bekrja di luar negeri dan sukses itu kan orang yang pinter banget. Lha gimana sama saya? Saya kan orangnya gak pinter. Otak saya pas-pasan. Gak encer kayak bapak." Kemudian Pak Patriawan menjawab,"Kita sebagai manusia nggak boleh ngrendahin diri kayak gitu. Masih banyak cara buat sukses di luar negeri. Mereka sama kayak kita. Gak ada yang spesial di sana. Toh banyak penari-penari daerah kita yang sukses di sana menjadi penari. Itu kan buktinya. Sukses di luar negeri gak harus pinter di otak. Tapi juga bisa pinter dalam hal yang lain.Yang penting kita bisa memaksimalkan potensi kita."

Setelah itu saya pun langsung berpikir. Apakah ini yang dimaksud dengan penyeragaman presepsi? Orang-orang di sekitarku ada yang hanya mengartikan sempit sebatas pintar dalam akademis semata. Sebenarnya pintar mempunyai arti yang sangat luas. Tidak hanya pintar di akademis, tapi bisa juga di dalam kreativitas, bersosial, beragama dan masih banyak pintar-pintar yang lain. Mungkin masyarakat kita sudah terbiasa mengartikan pintar yang sebatas di akademis. Sehingga pintar selalu identik dengan nilai di atas kertas yang sekarang dapat kita beli.

Masyarakat kita tidak terbiasa untuk berpikir luas nan kritis. Itulah sebabnya penyeragaman presepsi sangat marak di negeri ini. Sehingga menjadikannya sendiri untuk selalu mengekor terhadap suatu pola pikir atau main set yang telah ada. Selalu mengikuti tanpa tahu salah atau benarnya suatu presepsi sudah menjadi sebuah adat yang mendarah daging. Jika sudah mendarah daging seperti itu maka akan sangat susah di ubah. Karena semua itu sudah menjadi bagian dalam hidup. Mungkin hal tersebut yang menyebabkan negara kita selalu mengikut dengan semua budaya yang masuk ke negeri ini. Entah itu bersifat membangun ataupun merusak.

Kita, sebagai generasi muda seharusnya lebih berpikir luas dan tidak selalu mengekor dengan segala pemikiran yang sudah ada. Karena tak semua pola pikir yang terdapat di masyarakat itu baik dan benar. Sehingga kita harus mempunyai filter dari wawasan yang kita miliki untuk menyaring mana yang baik dan mana yang buruk agar tak terjebak dalam paradigma sempit nan dangkal. Yang mana selalu mengikuti pola pikir yang telah ada tanpa ada inovasi untuk memperbaikinya. Maka, Jadilah pelopor inovasi yang cerdas dan bukan sebagai bebek yang selalu mengikuti tanpa ada makna ataupun arti yang jelas.
 
;