6.29.2012

The Power Of Music



Saat ini, musik bukan lagi merupakan hal yang asing dalam kehidupan sehari-hari kita. Di mana saja, kita dapat dengan mudah mendengarkan berbagai alunan musik dari genre yang bermacam-macam.Bahkan media massa pun selalu di hiasi dengan hal-hal yang berbau tentang musik.Musik seakan-akan telah merasuk dan menjadi bagian penting dalam kehidupan seseorang. Umumnya, orang mendengarkan musik sebagai hiburan ataupun ungkapan perasaan yang sedang dirasakan seseorang. Tapi, tak ada yang menduga jika musik dapat menjadi sebuah media resistensi terhadap berbagai macam ketimpangan sosial yang merebak di masyarakat. Seperti rasisme, fasisme serta kekejaman rezim penguasa.

Dewasa ini, Semakin banyak para musisi yang melakukan perlawanan melalui musik dengan berbagai genre. Mulai dari blues, punk, reggae, hiphop hingga pop pun tak kalah ikut ambil bagian dalam upaya menyuarakan aspirasi mereka melalui musik. Punk misalnya, scene musik yang lahir dari semangat para remaja kelas pekerja yang merasa didiskriminasi oleh kaum penguasa ini selalu bernyanyi dengan lirik penuh sindiran terhadap para rezim yang berkuasa. Dan tak jarang lirik-lirik itu membuat para kalangan atas naik pitam. Genre musik yang lahir tahun 1970an itu juga menyuarakan ketidakadilan dalam industri musik pada saat itu. Dimana industri musik pada saat itu dikuasai oleh musisi rock kelas mapan seperti Rollingstone, Elvis Presley dan The Beatles. Musik-musik punk di anggap tidak laku dan tak layak edar sehingga musisi punk dianggap sebaga 'rock n roll jalur kiri' karena lirik-liriknya menceritakan tentang kekejaman rezim penguasa, aparat, serta kemarahan yang mirip seperti teriakan demonstran. Biasanya musik bergenre punk berisikan tentang, ketidakadilan, anarkisme atau kebebasan, rasisme dan fasisme, serta masih banyak lagi.Dan umumnya, musik punk dimainkan dalam tempo yang cukup cepat serta enerjik dan biasanya berbentuk grup band. Grup band punk yang berpengaruh di dunia antara lain Sex Piatol, The Clash, dan NOFX yang masih eksis hingga saat ini.

Di indonesia sendiri skena punk berkembang dengan cepat dan menjamur sejak tahun 1990an. Musik punk di sini cenderung lebih menekankan perlawanan terhadap industri musik mainstream yang ada. Kita bisa melihat semua itudari lagu TV Brain yang dibawakan oleh Superman Is Dead. Dalam lagu ini di ceritakan bagaimana busuknya para pelaku yang terlibat dalam kubus yang mengeluarkan gambar dan suara itu. Serta peranan televisi yang membuat arus globalisasi semakin tak terbendung dengan sistem neoliberalisme ekonomi yang menyebabkan kalangan bawah semakin terjebak dalam lingkaran setan kemiskinan. Selain dari jalur musik, para 'punk rockers' juga melakukan resistensi melalui media fashion. Di mana para 'punk rockers' membuat clothing distro sebagai bentuk perlawanan anak muda yang konsumtif dengan mendewakan clothing luar negeri macam levi's, nike, serta adidas.Hal itu merupakan sebuah wujud implementasi dari ideologi mereka yang 'do it yourself'.

Dalam skena musik blues pun tak jauh beda latarbelakangnya dengan scene musik punk. Berawal dari para budak kulit hitam di amerika, mereka menyuarakan tentang rasisme. Krena pada masa itu golongan afrika atau kulit hitam dijadikan budak. Setiap mereka bekerja ataupun istirahat di sore hari, mereka selalu menyanyikan lagu pujian kepada allah dan di selingi lagu sedih(blues) khas afrika. Dan tentunya dengan lirik perbudakan.Mungkin saat ini musik blues sudah mulai punah di telan waktu. Tapi sebuah acara betajuk 'BLUES FOR FREEDOM' menunjukkan masih eksisnya scene blues di tanah air.

Selain itu masih ada scene musik pop yang umumnya dipennuhi dengan senandung merdu melankolis bertemakan cinta. Tetapi, ternyata musik ini juga cukup manjur untuk menyampaikan sebuah perlawanan. Di buktikan dengan sindiran Iwan Fals dalam lagu 'Demokrasi Nasi' dan 'Pola Sederhana' yang membuat dirinya harus berurusan dengan pihak berwenang dalam 2 minggu. Kemudian masih ada Efek Rumah Kaca denan lagu-lagunya yang berisikan sindiran terhadap anak muda yang konsumtif dan mendewakan cinta lewat lagu 'cinta melulu' dan 'Jatuh Cinta Itu Biasa Saja' serta lagu 'Belanja Terus Sampai Mati'.

Beberapa contoh tadi membuktikan bahwa musik tidak hanya sekedar hiburan semata. Lebih dari itu, musik juga mampu digunakan sebagai media perlawanan terhadap sesuatu. Efek musik dalam dunia politik sudah bisa dirasakan. Terbukti dengan tidak terpilihnya Bush sebagai presiden amerika lagi karena musisi disana bersatu dan sepakat untuk tidak memilih lagi Bush. Para musisi menolak Bush dengan berbagai cara. Mulai dari pamflet, sampai membuat album kompilasi. Dan sudah saatnya sekarang musik juga harus dapat mempengaruhi kondisi politik di Indonesia. Karena musik sekarang sudah menjadi sesosok makhluk yang bisa melakukan perubahan.

Repost 

0 komentar:

Posting Komentar

 
;